JurnalOne.com, BANGKO – Pasca putusan MK sejumlah Partai politik non parlemen dan Forkom di Kabupaten Merangin, mulai bermanuver, Rabu (21/08/2024).
Pasalnya, sampai detik ini beberapa Partai tergabung di non Parlemen dan Forkom tersebut, masih merekomendasikan pasangan Nalim Nasution (NaNas) sebagai Bupati dan Wakil Bupati.
Sementara, ditengah jalan NaNas bubar, Nasution ditinggalkan dengan alasan tidak memiliki Partai Pengusung, sehingga Nalim sebagai calon Bupati memilih berduet dengan Nilwan Yahya sebagai Wakilnya.
Ketua Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Kabupaten Merangin, Isnedi, dikonfirmasi terkait hal tersebut angkat bicara.
Katanya, dia juga tidak mengetahui secara pasti apa penyebab Nasution diganti dengan Nilwan Yahya untuk mendampingi Nalim pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) 27 November mendatang.
Isnedi menyayangkan hal ini, karena sejauh ini PKN dan partai non parlemen lainnya, seperti Gelora, PSI, Buruh, masih merekomendasikan Nalim-Nasution (NaNas), tidak pernah diajak diskusi bersama pasca pergantian calon wakil Bupati tersebut.
“Sampai sekarang, PKN dan forkom tidak pernah diajak duduk bersama untuk berdiskusi tentang pergantian pasangan dan dalam rekom masing- masing partai. Baik PKN, Gelora, PSI, dan partai Buruh, masih tertera Nalim-Nasution.Kami taunya perubahan pasangan itu hanya dari mulut ke mulut. apa alasan dan penyebab bergantinya pasangan secara detail kami tidak tau pasti,”tegas Isnedi.
Dikatakan Isnedi, secepatnya akan duduk bersama dengan partai non parlemen lainnya pasca pergantian calon wakil Bupati Merangin Nasution.
“Secepatnya kita duduk bersama dengan partai non parlemen untuk menentukan langkah selanjutnya,”ujarnya.
Ditanya soal putusan MK yang memungkinkan partai non Parlemen bisa mengusung kandidat dengan persyaratan 8,5 Persen dari total perolehan suara Pileg partai beberapa waktu lalu, Isnedi menyatakan bisa saja PKN dan Forkom partai non parlemen ataupun berkoalisi mengusung poros baru jelang pendaftaran calon Bupati dan Wakil Bupati Merangin 27 November mendatang.
“Dalam politik itu adalah dinamika dan bisa saja terjadi. PKN dan Forkom menyadari bahwa tidak bisa berbuat banyak tetapi kita juga punya harga diri dan kita selalu pegang itu. Soal poros baru, kalau memungkinkan kenapa tidak itulah indahnya seni dalam berpolitik,”(*)
Reporter/Yaz